1.
Layanan
Informasi
1.1 Pengertian Layanan Informasi
Menurut
Prayitno &Erman Amti (2004:259-260)layanan informasi adalah kegiatan
memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang
berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan,
atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
Dengan demikian, layanan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari
fungsi pemahaman dalam bimbingan dan konseling.
Menurut
Budi Purwoko (2008:52)penyajian informasi dalam rangka program bimbingan ialah
kegiatan membantu siswa dalam mengenali lingkungannya, terutama tentang
kesempatan-kesempatan yang ada didalamnya, yang dapat dimanfaatkan siswa baik
untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Penyajian informasi itu
dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada para siswa sehingga ia dapat
menggunakan informasi itu baik untuk mencegah atau mengatasi kesulitan yang
dihadapinya, serta untuk merencanakan masa depan. Perencanaan kehidupan ini
mencakup, kehidupan dalam studinya, dalam pekerjaannya, maupun dalam membina
keluarga.
SedangkanWinkel
&Sri Hastuti (2006: 316-317) menjelaskan bahwa layanan informasi adalah
usaha untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta
dibidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan
pribadi-sosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih
mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri. Program bimbingan yang
tidak memberikan layanan pemberian informasi akan menghalangi peserta didik
untuk berkembang lebih jauh, karena mereka membutuhkan kesempatan untuk mempelajari
data dan fakta yang dapat mempengaruhi jalan hidupnya. Namun,mengingat luasnya
informasi yang tersedia dewasa ini, mereka harus mengetahui pula informasi
manakah yang relevan untuk mereka dan mana yang tidak relevan, serta informasi
macam apa yang menyangkut data dan fakta yang tidak berubah dan yang dapat
berubah dengan beredarnya roda waktu.
Dari
beberapa pengertian tentang layanan informasi diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa layanan informasi adalah suatu kegiatan atau usaha untuk membekali para siswa
tentang berbagai macam pengetahuan supaya mereka mampu mengambil keputusan
secara tepat dalam kehidupannya.
1.2 Tujuan Layanan Informasi
Menurut Budi Purwoko (2008:52)tujuan
yang ingin dicapai dengan penyajian informasi adalah sebagai berikut:
1. Para siswa dapat mengorientasikan
dirinya kepada informasi yang diperolehnya terutama untuk kehidupannya, baik
semasa masih sekolah maupun setelah menamatkan sekolah.
2. Para siswa mengetahui sumber-sumber
informasi yang diperlukan.
3. Para siswa dapat menggunakan kegiatan
kelompok sebagai sarana memperoleh informasi.
4. Para siswa dapat memilih dengan
tepat kesempatan-kesempatan yang ada dalam lingkungannya sesuai dengan minat
dan kemampuanya.
Sementara Ifdil menjelaskan tujuan
layanan informasi ada dua macam yaitu secara umum dan khusus.Secara umum agar
terkuasainya informasi tertentu sedangkan secara khusus terkait dengan fungsi
pemahaman (paham terhadap informasi yang diberikan) dan memanfaatkan informasi
dalam penyelesaian masalahnya. Layanan informasi menjadikan individu mandiri
yaitu memahami dan menerima diri dan lingkungan secara positif, objektif dan
dinamis, mampu mengambil keputusan, mampu mengarahkan diri sesuai dengan
kebutuhannya tersebut dan akhirnya dapatmengaktualisasikan dirinya
(konselingindonesia. com/2008).
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan layanan informasi adalah supaya para siswa
memperoleh informasi yang relevan dalam rangka memilih dan mengambil keputusan
secara tepat guna pencapaian pengembangan diri secara optimal. Dalam penelitian
ini tujuan dari layanan informasi adalah membekali siswa dengan berbagai
informasi tentang potensi diri sehingga siswa mampu meningkatkan pemahaman
potensi diri guna mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
1.3 Alasan Penyelenggaraan Layanan Informasi
Menurut
Prayitno & Erman Amti (2004:260-261)ada tiga alasan utama mengapa layanan
informasi perlu diselenggarakan.
1. Membekali individu dengan berbagai
macam pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun
sosial budaya.
2. Memungkinkan individu dapat
menentukan arah hidupnya “kemana dia ingin pergi”. Syarat dasar untuk
dapat menentukan arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang
harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis
berdasarkan atas informasi-informasi yang ada itu.
3. Setiap individu adalah unik.
Sedangkan Winkel &Sri Hastuti
(2006:317) menjelaskan, ada tiga alasan pokok mengapa layanan pemberian
informasi merupakan usaha vital dalam keseluruhan program bimbingan yang
terencana dan terorganisasi.
1. Siswa membutuhan informasi yang
relevan sebagai masukan dalam mengambil ketentuan mengenai pendidikan lanjutan
sebagai persiapan untuk memangku jabatan dimasyarakat.
2. Pengetahuan yang tepat dan benar
membantu siswa untuk berfikir lebih rasional tentang perencanaan masa depan dan
tuntutan penyesuaian diri dari pada mengikuti sembarang keinginan saja tanpa
memperhitungkan kenyataan dalam lingkungan hidupnya.
3. Informasi yang sesuai dengan daya
tangkapnya menyadarkan siswa akan hal-hal yang tetap dan stabil, serta hal-hal
yang akan berubah dengan bertambahnya umur dan pengalaman.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa alasan penyelenggaraan layanan
informasi adalah karena siswa membutuhkan informasi yang relevan sebagai bekal
dalam menghadapi berbagai macam dinamika kehidupan secara positif dan rasional,
baik sebagai pelajar maupun anggota masyarakat. Terkait dengan penelitian ini,
ada dua alasan penyelenggaraan layanan informasi.Pertama, untuk
membuktikan bahwa layanan informasi bisa meningkatkan pemahaman siswa terhadap
potensi diri.Kedua, disadari atau tidak siswa sangat membutuhkan
informasi tentang pemahaman potensi diri sebagai modal awal dalam menggapai
cita-cita dan tujuan hidup yang mereka inginkan.
1.4 Jenis-jenis informasi
Menurut
Prayitno &Erman Amti (2004:261-268)pada dasarnya jenis dan jumlah informasi
tidak terbatas. Namun, khusunya dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling,
hanya akan dibicarakan tiga jenis informasi, yaitu (a) informasi pendidikan,
(b) informasi pekerjaan, (c) informasi sosial budaya.
1. Informasi pendidikan
Dalam
bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau calon siswa yang
dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantara masalah
atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a) pemilihan program studi, (b)
pemilihan sekolah fakultas dan jurusannya, (c) penyesuaian diri dengan program
studi, (d) penyesuaian diri dengan suasana belajar, dan (e) putus sekolah.
Mereka membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan
dan keputusan yang bijaksana.
2. Informasi jabatan
Saat-saat
transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja sering merupakan masa yang sangat
sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam
mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri dengan
suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya.
3. Informasi sosial budaya
Hal
ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial budaya yang meliputi,
macam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dan kepercayaan, bahasa, potensi-potensi
daerah dan kekhususan masyarakat atau daerah tertentu.
Budi Purwoko (2008:53) juga
menjelaskan, jenis-jenis informasi yang penting bagi para siswa waktu masih
sekolah, misalnya informasi tentang:
1. Kondisi fisik sekolahnya, fasilitas
yang tersedia, guru-gurunya, para karyawan, bagian administrasi, dan sebainya.
2. Informasi tentang program studi
disekolahnya, yang bersumber dari kurikulum yang berlaku.
3. Informasi tentang cara belajar yang
efisien, yang bersumber dari para pembimbingnya.
4. Informasi tentang usaha kesehatan
sekolah yang bersumber dari doktor, para perawat kesehatan
Sedangkan Winkel &SriHastuti
(2006:318) memberikan gambaran bahwa data dan fakta yang disajikan kepada siswa
sebagai informasi biasanya dibedakan atas tiga tipe dasar, yaitu :
1. Informasi tentang pendidikan sekolah
yang mencakup semua data mengenai variasi program pendidikan sekolah dan
pendidikan prajabatan dari berbagai jenis, mulai dari semua persyaratan
penerimaan sampai dengan bekal yang dimiliki pada waktu tamat.
2. Informasi tentang dunia pekerjaan
yang mencakup semua data mengenai jenis-jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat,
mengenai gradasi posisi dalam lingkup suatu jabatan, mengenai persyaratan tahap
dan jenis pendidikan, mengenai sistem klasifikasi jabatan, dan mengenai prospek
masa depan berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat akan/corak pekerjaan
tertentu.
3. Informasi tentang proses
perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia mencakup
semua data dan fakta mengenai tahap-tahap perkembangan serta lingkungan hidup
fisik dan psikologis, bersama dengan hubungan timbal balik antara perkembangan
kepribadian dan pergaulan sosial diberbagai lingkungan masyarakat.
Informasi
tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia
meliputi, pemahaman diri dan orang lain, pembinaan jalinan hubungan yang sehat
dengan teman sebaya, pendidikan seks, fase-fase dalam kehidupan manusia dewasa,
pemahaman dan penyesuain diri terhadap kondisi dalam lingkungan keluarga dan
perawatan kesehatan jasmani dan penampilan diri (Winkel & Sri Hastuti,
2006).
Dari
berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa materi layanan informasi pada
dasarnya tidak terbatas.Khusus dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling,
layanan informasi yang diberikan kepada siswa dibedakan menjadi empat tipe
yaitu, informasi dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan karier.Namun demi
tercapainya tujuan dari layanan informasi maka materi informasi sebaiknya
disesuaikan dengan tujuan dari pelaksanaan layanan informasi itu sendiri.
Kaitannya dengan penelitian ini maka materi layanan informasi yang akan
diberikan adalah informasi tentang berbagai macam jenis potensi diri yang
dimiliki oleh siswa yang sangat mungkin untuk dikembangkan guna mencapai
prestasi dan kualitas hidup yang terbaik.
1.5 Metode Layanan Informasi
Menurut
Prayitno &Erman Amti (2004:269-271) Pemberian informasi kepada siswa dapat
dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1. Ceramah
Ceramah
merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah dan murah,
dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan hampir oleh setiap petugas
bimbingan disekolah.
2. Diskusi
Penyampaian
informasi pada siswa dapat dilakukan melalui diskusi. Diskusi semacam ini dapat
diorganisasikan baik oleh siswa sendiri mapun oleh konselor, atau guru.
3. Karya Wisata
Dalam
bidang konseling karyawisata mempunyai dua sumbangan pokok. Pertama, membantu
siswa belajar dengan menggunakan berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang
dapat menunjang perkembangan mereka. Kedua, memungkinkan diperolehnya informasi
yang dapat membantu pengembangan sikap-sikap terhadap pendidikan, pekerjaan dan
berbagai masalah dalam masyarakat.
4. Buku panduan
Buku-buku
panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan tinggi, buku panduan kerja
bagi karyawan) dapat membantu siswa dalam mendapatkan informasi yang berguna.
5. Konferensi karier
Selain
melalui teknik-teknik yang diutarakan diatas, penyampaian informasi kepada
siswa dapat juga dilakukan melalui konferensi karier. Dalam konferensi karier
para nara sumber dari kelompok-kelompok usaha, jawatan atau dinas lembaga
pendidikan, dan lain-lain yang diundang, mengadakan penyajian berbagai aspek
program pendidikan dan latihan/pekerjaan yang diikuti oleh para siswa.
Sedangkan
menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1993: 82) menjelaskan bahwa teknik
yang digunakan dalam layanan informasi adalah sebagai berikut:
1. Ceramah
2. Diskusi atau Tanya jawab
3. Bacaan buku, selebaran dan brosur
4. Gambar, slide, pemutaran film
5. Karyawisata
6. Melalui mata pelajaran tertentu
7. Melalui kelas khusus
8. Hari karier
9. Hari perguruan tinggi
10. Wawancara dalam rangka konseling
Dari
berbagai jenis metode yang digunakan dalam pemberian layanan informasi maka
dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah ceramah, diskusi/tanya
jawab dan audio visual.
2.
Layanan
Keamanan
Keamanan adalah suatu yang sangat penting
untuk menjaga agar suatu data dalam jariangan tidak mudah hilang. Sistem
keamanan membantu mengamankan jaringan tanpa menghalangi penggunaannya dan
menempatkan antisipasi ketika jaringan berhasil ditembus. Keamanan jaringan di
sini adalah memberikan peningkatan tertentu untuk jaringan. Peningkatan
keamanan jaringan ini dapat dilakukan terhadap :
2.1 Rahasia (privacy)
Dengan banyak pemakai yang tidak
dikenal pada jaringan menebabkan penyembunyian data yang sensitive menjadi
sulit.
2.2 Keterpaduan data (data integrity)
Karena banyak node dan pemakai
berpotensi untuk mengakses system komputasi, resiko korupsi data adalah lebih
tinggi.
2.3 Keaslian (authenticity)
Hal ini sulit untuk memastikan
identitas pemakai pada system remote, akibatnya satu host mungkin tidak
mempercayai keaslian seorang pemakai yang dijalankan oleh host lain.
2.4 Convert Channel
Jaringan menawarkan banyak
kemungkinan untuk konstruksi convert channel untuk aliran data, karena begitu
banyak data yang sedang ditransmit guna menyembunyikan pesan.
Keamanan dapat didefinisikan sebagai
berikut :
- Integrity
Mensyaratkan bahwa informasi hanya dapat diubah oleh pihak yang memiliki wewenang - Confidentiality
Mensyaratkan bahwa informasi (data) hanya bisa diakses oleh pihak yang memiliki wewenang. - Authentication
Mensyaratkan bahwa pengirim suatu informasi dapat diidentifikasi dengan benar dan ada jaminan bahwa identitas yang didapat tidak palsu. - Availability
Mensyaratkan bahwa informasi tersedia untuk pihak yang memiliki wewenang ketika dibutuhkan. - Nonrepudiation
Mensyaratkan bahwa baik pengirim maupun penerima informasi tidak dapat menyangkal pengiriman dan penerimaan pesan.
Serangan (gangguan) terhadap keamanan
dapat dikategorikan dalam empat kategori utama:
- Interruption
Suatu aset dari suatu sistem diserang sehingga menjadi tidak tersedia atau tidak dapat dipakai oleh yang berwenang. Contohnya adalah perusakan/modifikasi terhadap piranti keras atau saluran jaringan. - Interception
Suatu pihak yang tidak berwenang mendapatkan akses pada suatu aset. Pihak yang dimaksud bisa berupa orang, program, atau sistem yang lain. Contohnya adalah penyadapan terhadap data dalam suatu jaringan. - Modification
Suatu pihak yang tidak berwenang dapat melakukan perubahan terhadap suatu aset. Contohnya adalah perubahan nilai pada file data, modifikasi program sehingga berjalan dengan tidak semestinya, dan modifikasi pesan yang sedang ditransmisikan dalam jaringan. - Fabrication
Suatu pihak yang tidak berwenang menyisipkan objek palsu ke dalam sistem. Contohnya adalah pengiriman pesan palsu kepada orang lain.
3.
Layanan
Context-Aware dan Event-base
Istilah context-awareness mengacu kepada kemampuan layanan
network untuk mengetahui berbagai konteks- konteks yang ada, yaitu sekumpulan
parameter yang relevan dari pengguna (user) dan penggunaan network tersebut,
serta memberikan layanan yang sesuai dengan parameter yang ada. Beberapa
konteks yang dapat digunakan yaitu lokasi user, data dasar user, jenis dan
kemampuan terminal yang digunakan user, dan berbagai preferensi user lainnya.
Sebagai contoh : ketika seorang user sedang mengadakan rapat, maka
context-aware mobile phone yang dimiliki user menyimpulkan bahwa user sedang
mengadakan rapat dan akan menolak seluruh panggilan telepon yang tidak penting.
Konteks location awareness dan activity recognition yang merupakan bagian dari
context-awareness menjadi pembahasan dalam bidang penelitian ilmu computer pada
saat ini.
Ada 4 kategori
aplikasi context-awareness menurut Bill N. Schilit, Norman Adams, dan Roy Want,
yaitu :
1. Proximate
selection.
Proximate selection adalah suatu teknik
antarmuka yang memudahkan pengguna dalam memilih atau melihat lokasi objek yang
berada didekatnya dan mengetahui posisi lokasi dari user itu sendiri. Ada dua
variabel yang berkaitan dengan proximate selection ini, yaitu locus dan
selection dengan kata lain tempat dan pilihan.
2. Automatic Contextual
Reconfiguration
Aspek terpenting suatu kasus sistem
context-aware adalah bagaimana suatu konteks yang digunakan membawa perbedaan
terhadap konfigurasi sistem dan bagaimana cara antar setiap komponen
berinteraksi satu sama lain nya. Sebagai contoh, penggunaan virtual whiteboard
sebagai salah satu inovasi automatic reconfiguration yang menciptakan ilusi
pengaksesan virtual objects sebagai layaknya fisik suatu benda. Contextual
Reconfiguration juga bisa diterapkan pada fungsi sistem operasi; sebagai
contoh: sistem operasi suatu komputer A bisa memanfaatkan memori komputer
lainnya yang berada didekatnya untuk melakukan back-up data sebagai antisipasi
jika power komputer A melemah.
3. Contextual
Informations and Commands
Kegiatan manusia bisa diprediksi dari situasi
atau lokasi dimana mereka berada. Sebagai contoh, ketika berada di dapur, maka
kegiatan yang dilakukan pada lokasi tersebut pasti berkaitan dengan memasak.
Hal inilah yang menjadi dasar dari tujuan contextual information and commands,
dimana informasi-informasi tersebut dan perintah yang akan dilaksanakan
disimpan ke dalam sebuah directory tertentu. Setiap file yang berada di dalam
directory berisi locations and contain files, programs, and links. Ketika
seorang user berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lainnya, maka browser juga
akan langsung mengubah data lokasi di dalam directory. Sebagai contoh: ketika
user berada di kantor, maka user akan melihat agenda yang harus dilakukan;
ketika user beralih lagi ke dapur, maka user tersebut akan melihat petunjuk
untuk membuat kopi dan data penyimpanan kebutuhan dapur.
4. Context-Triggered
Actions
Cara kerja sistem context-triggered actions
sama layaknya dengan aturan sederhana IF-THEN. Informasi yang berada pada
klausa kondisi akan memacu perintah aksi yang harus dilakukan. Kategori sistem
context-aware ini bisa dikatakan mirip dengan contextual information and
commands, namun perbedaannya terletak pada aturan-aturan kondisi yang harus
jelas dan spesifik untuk memacu aksi yang akan dilakukan.
4.
Layanan
Perbaikan Sumber
Layanan telematika yang terakhir
adalah layanan perbaikan sumber. Resource Discovery Service (RDS) adalah sebuah
layanan yang berfungsi untuk penemuan layanan utilitas yang diperlukan. The RDS
juga berfungsi dalam pengindeksan lokasi layanan utilitas untuk mempercepat
kecepatan penemuan.
Layanan perbaikan sumber yang dimaksud adalah layanan
perbaikan dalam sumber daya manusia (SDM). SDM telematika adalah orang yang
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan telekomunikasi, media, dan
informatika sebagai pengelola, pengembang, pendidik, dan pengguna di lingkungan
pemerintah, dunia usaha, lembaga pendidikan, dan masyarakat pada umunya. Konsep
pengembangan sumber daya manusia di bidang telematika ditujukan untuk
meningkatkan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan SDM telematika dengan tujuan
untuk mengatasi kesenjangan digital, kesenjangan informasi dan meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
secara efektif dan optimal.
Kebutuhan akan SDM dapat dilihat
dari bidang ekonomi dan bidang politik, yaitu :
·
Dilihat
dari bidang ekonomi
Pengembangan telematika ditujukan
untuk peningkatan kapasitas ekonomi, berupa peningkatan kapasitas industry
produk barang dan jasa.
·
Dilihat
dari bidang politik
Bagaimana telematika memberikan
kontribusi pada pelayanan public sehingga menghasilkan dukungan politik.
Dari kedua bidang tersebut diatas
kebutuhan terhadap telematika akan dilihat dari dua aspek, yaitu :
1. Pengembangan peningkatan kapasitas
industry.
2. Pengembangan layana publik.
Sasaran utama dalam upaya
pengembangan SDM telematika yaitu sebagai berikut :
a. Peningkatan kinerja layanan public
yang memberikan akses yang luas terhadap peningkatan kecerdasan masyarakat,
pengembangan demokrasi dan transparasi sebagai katalisator pembangaunan.
b. Literasi masyarakat di bidang
teknologi telematika yang terutama ditujukan kepada old generator dan today
generation sebagai peningkatan, dikemukakan oleh Tapscott.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar